GERHANA Matahari Hibrida akan terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Tentu saja fenomena alam langka ini akan menjadi tontonan bersama masyarakat secara luas.
Tapi hati-hati ya, dalam mengamati gerhana Matahari disarankan untuk tidak melihat Matahari secara langsung tanpa menggunakan filter khusus Matahari.
Peneliti Ahli Madya di Pusat Riset Antariksa BRIN Johan Muhammad menjelaskan, ada alat yang dapat digunakan untuk mengamati gerhana Matahari adalah teleskop yang dilengkapi filter Matahari, kacamata khusus gerhana Matahari, kamera DSLR lensa telephoto yang dilengkapi filter Matahari dan kamera pinhole (lubang jarum).
Menurut Johan, Pusat Riset Antariksa BRIN akan melaksanakan pengamatan di Biak dan melakukan kegiatan penelitian yang terbentuk dalam 3 tim.
“Tim pertama akan melakukan penelitian Matahari yaitu melakukan prediksi penampakan korona dengan memanfaatkan teknologi artificial intelligence, serta analisis bentuk korona untuk mengetahui fase aktivitas Matahari,” jelasnya.
Selanjutnya, tim kedua melakukan penelitian ionosfer yang mana akan meneliti dampak gerhana matahari terhadap kondisi ionosfer di Indonesia. Tim penelitian ketiga akan melakukan penelitian geomagnet, yaitu meneliti dampak gerhana terhadap aktivitas geomagnet.
Kemudian dari penelitian-penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dampak gerhana yang dapat berpengaruh pada teknologi-teknologi di Bumi yang berbasis teknologi antariksa seperti navigasi dan telekomunikasi.
Selain itu, kata dia, penelitian-penelitian ini dapat menjadi momen untuk melakukan validasi model-model antariksa yang selama ini telah dibuat.
“Pengujian ini sangat penting untuk mengetahui seberapa baik model yang ada sehingga dampak negatif cuaca antariksa dapat diantisipasi secara akurat,” pungkasnya.
Follow Berita Okezone di Google News
(mrt)
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.