Sebuah studi pertama di dunia telah menemukan fakta bahwa hampir tidak ada tempat di Bumi yang benar-benar aman dari tingkat polusi udara secara konsisten.
Studi dari Universitas Monash di Australia menemukan hanya 0,001% populasi dunia yang terpapar polusi udara tingkat rendah pada tahun 2019.
Polusi udara menyebabkan kematian sebanyak 8 juta kasus per tahun. Partikel kecil dengan ukuran 2,5 mikron atau dikenal juga dengan sebutan PM 2,5 dapat menyerang saluran udara dan pembuluh darah manusia.
Selain itu partikel tersebut dapat menyebabkan beberapa penyakit, antara lain stroke, kanker paru-paru, dan penyakit jantung.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah telah menetapkan ambang batas keamanan untuk paparan harian sebesar 15 μg/m3. Namun dalam rentang waktu tahun 2000 hingga 2019 angka rata-rata polusi udara di seluruh dunia naik dua kali lipat dari batas tersebut, yakni 32,8 μg/m3.
Dilansir dari Science Alert, studi ini merupakan yang pertama kali menunjukkan bahwa ada perubahan paparan polusi udara harian secara global selama beberapa dekade. Data tersebut diambil dari 5.446 stasiun pemantauan yang ada di 65 negara dan diproses menggunakan pembelajaran mesin dan simulasi.
Asia Timur memiliki polusi udara yang paling buruk dalam dua dekade terakhir. Paparan PM 2,5 tahunan rata-ratanya bisa mencapai 50 μg/m3. Kemudian diikuti oleh kawasan Asia Selatan 37,2 μg/m3 dan Afrika Utara 30 μg/m3.
Udara dengan polusi udara terendah dalam dua dekade terakhir adalah Australia dan Selandia Baru dengan angka 8,5 μg/m3. Sementara di wilayah lain di Oseania (12,6 μg/m3), dan Amerika bagian selatan berada di angka 15,6 μg/m3.
Dari data tersebut bisa disimpulkan adanya penurunan polusi udara di kawasan Amerika Utara dan Eropa. Kebalikannya, dalam dua dekade terakhir justru wilayah Asia Selatan, Selandia Baru, Amerika Selatan hingga Karibia mengalami peningkatan partikel polusi udara.
Para peneliti mengatakan naiknya angka polusi udara di wilayah China timur laut dan India bagian utara biasanya terjadi pada musim dingin, saat bahan bakar fosil digunakan untuk memanaskan rumah.
Hal sebaliknya di wilayah Amerika Utara, polusi justru meningkat pada musim panas. Sementara kebakaran hutan dan badai debu terkait perubahan iklim bisa berkontribusi terhadap polusi udara di Australia tahun 2019.
Polusi PM 2,5 juga bisa tercipta dari knalpot kendaraan, kebakaran kayu, kompor gas, kebakaran hutan, maupun badai debu yang menghasilkan campuran nitrat, karbon, sulfat, timbal, dan arsenik beracun yang tersuspensi di udara. Apabila udara ini terhirup secara terus-menerus bisa menyebabkan masalah kesehatan yang lebih parah.
(DRA)
Follow Berita Okezone di Google News
(dra)
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.